Allah Membenci Tiga Golongan: Mengapa Orang Miskin yang Sombong Paling Dicela
Ilustrasi simbolis seorang pria berpakaian sederhana namun membusungkan dada di hadapan orang lain, menggambarkan bahaya Orang Miskin yang Sombong.

Allah Membenci Tiga Golongan: Mengapa Orang Miskin yang Sombong Paling Dicela

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Hati adalah wadah keimanan. Apabila hati dipenuhi dengan penyakit, maka amalan pun akan tercela di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Di antara penyakit hati yang paling parah adalah takabur atau kesombongan, yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Ironisnya, kesombongan ini seringkali kita kaitkan hanya dengan kemewahan dan kekuasaan.

Namun, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita tentang golongan yang justru sangat dibenci Allah Azza Wajalla meskipun mereka berada dalam keterbatasan duniawi. Mereka adalah Orang Miskin yang Sombong.

Peringatan Nabi ﷺ tentang Tiga Golongan yang Dibenci

Kesombongan bukanlah monopoli orang kaya; ia adalah bisikan setan yang dapat merasuk ke dalam jiwa siapa pun, tanpa memandang status sosial. Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Azza Wajalla pada hari kiamat, tidak dilihat, tidak disucikan, dan bagi mereka siksa yang pedih. Salah satunya adalah:

dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ

Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak Allah sucikan, tidak Allah lihat, dan bagi mereka siksa yang menyakitkan: orang tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang sombong.

(HR. Ahmad 10227, Muslim 107, dan al-Baghawi 3591).

Mengapa Orang Miskin yang Sombong mendapatkan celaan yang sangat keras?

Baca Juga : Kaya dan Miskin: Dua Tunggangan Ibadah Menuju Rida Allah Azza Wajalla

Kontradiksi dan Kezaliman Hati

Kesombongan didefinisikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai: “menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” Bagi orang kaya, kesombongan muncul dari rasa bangga terhadap nikmat yang mereka miliki. Namun bagi Orang Miskin yang Sombong, kesombongan tersebut adalah kontradiksi yang zalim.

Dalam kondisi yang seharusnya mendorongnya untuk tunduk, memohon kepada Allah, dan bertawadhu’ kepada sesama, ia justru memilih sikap takabur. Ini menunjukkan bahwa penyakit hatinya sudah sedemikian parah, ia sombong di hadapan manusia padahal ia lemah dan miskin di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sikap sombong ini dilarang mutlak dalam Al-Qur’an, tanpa memandang status harta:

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

Artinya: “….Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl: 23)

Baca Juga : Ketika Manusia Tidak Perduli Haram & Halal

Tawadhu’: Benteng Diri dari Kesombongan

Pelajaran penting dari hadits ini bagi kita, terutama bagi para Shohibus Syirkah dan pegiat koperasi syariah seperti Asy-Syirkah, adalah pentingnya tawadhu’ (rendah hati) dalam segala kondisi.

Baik kita diuji dengan harta melimpah (yang membutuhkan syukur dan kedermawanan) atau diuji dengan keterbatasan (yang menuntut kesabaran dan qana’ah), hati harus tetap bersih dari takabur. Asy-Syirkah berupaya keras untuk memastikan setiap transaksi Muamalah Syariah dilandasi oleh kejujuran dan kerendahan hati, menjauhkan diri dari keserakahan dan kesombongan.

Hendaklah kita selalu menyadari hakikat diri kita sebagai hamba yang lemah, sehingga sikap Orang Miskin yang Sombong dapat kita hindari, digantikan dengan sikap rendah hati yang dicintai Allah Azza Wajalla.

Sumber Rujukan:

Muslim.or.id: https://muslim.or.id/3536-jauhi-sikap-sombong.html

Hadits Shahih Muslim (no. 107) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Al-Qur’an Surah An-Nahl: 23.

Tentang Penulis
Picture of Asy-Syirkah Indonesia
Asy-Syirkah Indonesia

Asy-Syirkah Indonesia adalah Koperasi Syariah berdasarkan prinsip syariah murni sesuai syariat, Kitabullah Wa Sunnatu Rasulillah.

Allah Membenci Tiga Golongan: Mengapa Orang Miskin yang Sombong Paling Dicela
Allah Membenci Tiga Golongan: Mengapa Orang Miskin yang Sombong Paling Dicela

Allah Membenci Tiga Golongan: Mengapa Orang Miskin yang Sombong Paling Dicela

Ilustrasi simbolis seorang pria berpakaian sederhana namun membusungkan dada di hadapan orang lain, menggambarkan bahaya Orang Miskin yang Sombong.

Hati adalah wadah keimanan. Apabila hati dipenuhi dengan penyakit, maka amalan pun akan tercela di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Di antara penyakit hati yang paling parah adalah takabur atau kesombongan, yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Ironisnya, kesombongan ini seringkali kita kaitkan hanya dengan kemewahan dan kekuasaan.

Namun, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita tentang golongan yang justru sangat dibenci Allah Azza Wajalla meskipun mereka berada dalam keterbatasan duniawi. Mereka adalah Orang Miskin yang Sombong.

Peringatan Nabi ﷺ tentang Tiga Golongan yang Dibenci

Kesombongan bukanlah monopoli orang kaya; ia adalah bisikan setan yang dapat merasuk ke dalam jiwa siapa pun, tanpa memandang status sosial. Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Azza Wajalla pada hari kiamat, tidak dilihat, tidak disucikan, dan bagi mereka siksa yang pedih. Salah satunya adalah:

dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ

Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak Allah sucikan, tidak Allah lihat, dan bagi mereka siksa yang menyakitkan: orang tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang sombong.

(HR. Ahmad 10227, Muslim 107, dan al-Baghawi 3591).

Mengapa Orang Miskin yang Sombong mendapatkan celaan yang sangat keras?

Baca Juga : Kaya dan Miskin: Dua Tunggangan Ibadah Menuju Rida Allah Azza Wajalla

Kontradiksi dan Kezaliman Hati

Kesombongan didefinisikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai: “menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” Bagi orang kaya, kesombongan muncul dari rasa bangga terhadap nikmat yang mereka miliki. Namun bagi Orang Miskin yang Sombong, kesombongan tersebut adalah kontradiksi yang zalim.

Dalam kondisi yang seharusnya mendorongnya untuk tunduk, memohon kepada Allah, dan bertawadhu’ kepada sesama, ia justru memilih sikap takabur. Ini menunjukkan bahwa penyakit hatinya sudah sedemikian parah, ia sombong di hadapan manusia padahal ia lemah dan miskin di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sikap sombong ini dilarang mutlak dalam Al-Qur’an, tanpa memandang status harta:

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

Artinya: “….Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl: 23)

Baca Juga : Ketika Manusia Tidak Perduli Haram & Halal

Tawadhu’: Benteng Diri dari Kesombongan

Pelajaran penting dari hadits ini bagi kita, terutama bagi para Shohibus Syirkah dan pegiat koperasi syariah seperti Asy-Syirkah, adalah pentingnya tawadhu’ (rendah hati) dalam segala kondisi.

Baik kita diuji dengan harta melimpah (yang membutuhkan syukur dan kedermawanan) atau diuji dengan keterbatasan (yang menuntut kesabaran dan qana’ah), hati harus tetap bersih dari takabur. Asy-Syirkah berupaya keras untuk memastikan setiap transaksi Muamalah Syariah dilandasi oleh kejujuran dan kerendahan hati, menjauhkan diri dari keserakahan dan kesombongan.

Hendaklah kita selalu menyadari hakikat diri kita sebagai hamba yang lemah, sehingga sikap Orang Miskin yang Sombong dapat kita hindari, digantikan dengan sikap rendah hati yang dicintai Allah Azza Wajalla.

Sumber Rujukan:

Muslim.or.id: https://muslim.or.id/3536-jauhi-sikap-sombong.html

Hadits Shahih Muslim (no. 107) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Al-Qur’an Surah An-Nahl: 23.

Picture of Asy-Syirkah Indonesia
Asy-Syirkah Indonesia

Asy-Syirkah Indonesia adalah Koperasi Syariah berdasarkan prinsip syariah murni sesuai syariat, Kitabullah Wa Sunnatu Rasulillah.

All Posts
Postingan Serupa
0%