Ransomware Brain Cipher: Menelusuri Ancaman Terbaru dalam Dunia Cyber
Belakangan ini, serangan ransomware Brain Cipher telah mencuri perhatian dunia, khususnya setelah menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) RI dan lebih dari 200 lembaga pemerintah lainnya di Indonesia. Beroperasi sejak awal Juni 2024, kelompok ini tidak hanya menyasar Indonesia tetapi juga organisasi di seluruh dunia.
Seperti modus operandi ransomware lainnya, Brain Cipher memanfaatkan kelemahan jaringan untuk menyebar ke perangkat lain secara lateral. Sebelum mengenkripsi data korban, pelaku juga sering kali mencuri informasi untuk memaksa pembayaran tebusan. Mereka mengancam untuk merilis data sensitif ke publik jika tebusan tidak dibayar dalam bentuk cryptocurrency, khususnya Monero.
Yang membedakan Brain Cipher adalah peningkatan kecerdasan dalam enkripsi file mereka. Selain menambahkan ekstensi pada file terenkripsi, mereka juga mengenkripsi nama file itu sendiri. Catatan tebusan yang ditinggalkan di sistem korban menjelaskan situasi secara singkat dan memberi tautan ke situs negosiasi di dark web, di mana pembayaran tebusan diproses.
Situs negosiasi ini menyediakan platform sederhana untuk berkomunikasi dengan pelaku, dengan korban diberikan ID enkripsi unik untuk memfasilitasi proses negosiasi. Dalam beberapa kasus, tebusan yang diminta berkisar dari puluhan ribu hingga jutaan dolar.
Ransomware Brain Cipher menunjukkan evolusi dalam taktik dan teknologi mereka, membuat perusahaan dan lembaga pemerintah di seluruh dunia harus meningkatkan keamanan cyber mereka dengan serius. Ancaman ini menegaskan pentingnya untuk selalu memperbarui dan memperkuat sistem keamanan digital guna melindungi data sensitif dari serangan yang semakin canggih ini.
