Setiap hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti menginginkan rezeki yang luas dan berkah. Namun, seringkali kita menyempitkan makna rezeki hanya pada harta, uang, dan kekayaan semata. Padahal, hakikat rezeki dari Allah ‘Azza wa Jalla itu jauh lebih luas dan mencakup setiap nikmat yang Dia karuniakan. Artikel ini akan mengajak Anda merenungi kembali makna sejati rezeki dalam Islam, dalil-dalilnya, serta sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim.
Rezeki: Janji Allah yang Pasti
Pondasi utama dalam memahami hakikat rezeki adalah keyakinan penuh bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya Maha Pemberi rezeki. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat memberi atau menahan rezeki kecuali atas kehendak-Nya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 58)
Ayat ini mengokohkan akidah kita bahwa Allah ‘Azza wa Jalla adalah Ar-Razzaq, satu-satunya Zat yang memegang kendali penuh atas segala rezeki.
Bentuk-Bentuk Rezeki dari Allah yang Sering Terlupa
Ketika membicarakan rezeki, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada kekayaan materi. Padahal, hakikat rezeki jauh melampaui itu. Berikut adalah beberapa bentuk rezeki yang seharusnya kita syukuri setiap hari:
- Kesehatan dan Waktu Luang: Dua nikmat berharga yang seringkali baru disadari nilainya saat keduanya dicabut.
- Keluarga yang shalih: Pasangan dan anak-anak yang taat adalah rezeki batin yang membawa ketenangan dan kebahagiaan.
- Ilmu yang Bermanfaat: Ilmu adalah rezeki yang akan terus mengalir pahalanya jika diamalkan dan diajarkan.
- Ketenangan Hati dan Hidayah: Ini adalah hakikat rezeki tertinggi, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ketenangan dan petunjuk-Nya kepada kita.
- Harta yang Berkah: Harta yang didapatkan dari jalan yang halal dan digunakan untuk kebaikan adalah rezeki materi yang membawa keberkahan dunia dan akhirat.
Sikap Seorang Muslim dalam Menjemput Rezeki
Menyadari hakikat rezeki yang luas, maka seorang muslim harus memiliki sikap yang benar dalam menjemputnya:
- Bertawakal Penuh: Yakinilah bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah menjamin rezeki setiap hamba-Nya.
- Berikhtiar dengan Cara Halal: Berusaha dan bekerja keras adalah kewajiban. Pastikan setiap ikhtiar dilakukan dengan cara yang tidak melanggar syariat, bebas dari riba, dan praktik haram lainnya.
- Bersyukur dan Berdoa: Perbanyaklah syukur atas setiap nikmat dan senantiasa berdoa memohon rezeki yang berkah.
Sistem ekonomi Islam, seperti yang diterapkan Asy-Syirkah, adalah wujud nyata dari ikhtiar kita untuk menjemput rezeki dengan cara yang halal dan berkah. Kami hadir untuk membantu Anda mewujudkan muamalah yang murni sesuai manhaj salaf, sehingga setiap rezeki yang Anda dapatkan tidak hanya berlimpah, tetapi juga penuh keberkahan.
Kesimpulan
Pada akhirnya, hakikat rezeki adalah karunia Allah ‘Azza wa Jalla yang tidak terbatas pada harta semata. Dengan memahami hal ini, kita akan lebih bersyukur atas setiap nikmat-Nya. Mari jadikan setiap usaha kita sebagai ibadah, dan pastikan setiap transaksi kita berada di jalan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti yang ditawarkan oleh Asy-Syirkah.
Sumber Referensi: