Bank Indonesia (BI) baru-baru ini merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2026, yang dipatok di kisaran 4,6% hingga 5,4%. Angka ini bukan sekadar estimasi, melainkan cerminan dari strategi moneter yang hati-hati dan berbasis data. Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus membayangi, keputusan BI ini menunjukkan kehati-hatian sekaligus optimisme yang terukur.
Mengapa BI Memilih Angka Proyeksi Tersebut?
Keputusan BI memasang proyeksi pertumbuhan ekonomi di rentang tersebut didasari oleh beberapa faktor kunci. Pertama, dinamika global yang masih rapuh, terutama terkait inflasi dan perlambatan ekonomi di negara-negara maju. BI menilai, ada potensi besar dari risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja ekonomi domestik. Kondisi geopolitik yang belum stabil dan fluktuasi harga komoditas global menjadi pertimbangan utama.
Kedua, dari sisi domestik, BI melihat adanya tantangan struktural yang perlu diatasi, seperti produktivitas dan investasi yang belum optimal. Meskipun demikian, BI tetap optimis dengan prospek konsumsi domestik yang solid dan berlanjutnya hilirisasi sumber daya alam. Proyeksi ini mencerminkan keseimbangan antara tantangan yang ada dan potensi yang belum tereksplorasi.
Baca Juga : KAI Tegas Menolak Gerbong Khusus Merokok, Jaga Kenyamanan Penumpang
Penguatan Ekonomi Berbasis Prinsip Syariah
Dalam menghadapi dinamika ekonomi, prinsip-prinsip syariah dapat menjadi fondasi yang kuat. Stabilitas ekonomi tidak hanya ditentukan oleh angka-angka makro, tetapi juga oleh keadilan dan keberlanjutan. Dalam Islam, koperasi syariah dan konsep Asy-Syirkah dapat menjadi motor penggerak ekonomi riil. Dengan Asy-Syirkah, kemitraan antara pengusaha dan pekerja dapat berjalan harmonis, mengurangi kesenjangan, dan memacu produktivitas.
Prinsip ini sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad ﷺ dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, bahwasanya:
“Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba yang berusaha (bekerja) dan Allah tidak menyukai hamba yang tidak bekerja.”
Hadis ini menekankan pentingnya kerja keras dan produktivitas sebagai pilar ekonomi yang kuat. Dengan menerapkan semangat ini, kita bisa menciptakan pondasi ekonomi yang kokoh dari bawah, melalui koperasi syariah yang berlandaskan pada keadilan dan gotong royong.
BI, sebagai otoritas moneter, terus berupaya menjaga stabilitas harga dan nilai tukar, yang menjadi prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya kolektif untuk memastikan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan dapat tercapai, demi kesejahteraan seluruh rakyat.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “BI Buka-bukaan Alasan Pasang Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 4,6% – 5,4%” yang diakses pada Senin, 25 Agustus 2025.